Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (Part3)

10. Perjuangan Menghadapi Agresi Militer Belanda

 Belanda terus berusaha untuk menguasai Indonesia. Selain itu melalui perundingan, pembentukan negara boneka, Belanda juga menggunakan kekuatan militer untuk menguasai Indonesia. Penggunaan kekuatan militer ini memunculkan Agresi Militer belanda II.

A. Serangan Militer Belanda terhadap Kota Yogyakarta
Pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda menyatakan menolak dan tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948 dini hari tentara Belanda langsung menyerbu Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta, dan Belanda berhasil menguasai seluruh Kota Yogyakarta. Karena Yogyakarta sudah dikuasai belanda, presiden Soekarno memberikan mandat kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara yang belanda di Sumatra agar secepatnya membentuk pemerintahan darurat. Akhirnya, Mr. Syarifruddin membentuk Pemerintahan Darurat  Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dengan terbentuknya PDRI , kelangsungan hidup pemerintah Republik Indonesia tetap ada.
Sebelum Yogyakarta berhasil dikuasai seluruhnya oleh Belanda, Jenderal Sudirman yang sedang sakit menghadap presiden guna menyampaikan rencananya akan ke luar kota untuk melakukan perang gerilya. Presiden didesak untuk ikut ke luar kota agar tidak ditangkap belanda, tetapi presiden menolak. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan tetap tinggal di ibu kota, meskipun mereka tahu bahwa dengan demikian mereka akan ditawan oleh musuh. Alasan mereka adalah supaya mereka mudah ditemui oleh KTN dan kegiatan diplomasi dapat berjalan terus. 
            Dalam waktu singkat Belanda berhasil menguasai sepenuhnya Kota Yogyakarta. Presiden dan wakil presiden beserta para penjabat tinggi negara berhasil ditawan belanda. Pagi harinya, tanggal 22 Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji Agus Salim, dan Sutan Syahrir diasingkan ke Brastagi (Sumatra Utara), kemudian mereka di pindahkan ke Prapat di tepi Danau Toba, Sumatra Utara. Sementara itu, Moh.Hatta, Moh. Roem, Mr. A. G Pringgodigdo, Mr. Assaat, dan Komodor S. Suryadarma diasingkan ke Muntok di Pulau Bangka. Pada akhir Januari, Presiden Soekarno dan Hajo Agus Salim dipindahkan ke Muntok sehingga kembali berkumpul dengan Moh. Hatta.

*Untuk diingat kembali
  Jendral Sudirman tetap ikut berperang dengan ditandu dengan menggunakan taktik gerilya waaupun sedang sakit. 

 B. Perang Gerilya Menghadapi Agresi Militer Belanda II
 Ketika Kota Yogyakarta berhasil dikuasai Belanda, Panglima Besar Jenderal Sudirman bersama prajurit TNI menyingkir ke luar kota. Ia merencanakan untuk mengadakan perang gerilya. Sebelum Jenderal Sudirman menyingkir ke luar kota Yogyakarta untuk memimpin perang gerilya, beliau mengirimkan perintah kilat sebagai berikut:
  • Kita telah diserang oleh tentara belanda dengan sebuah pertama adalah Kota Yogyakarta dan Lapangan Terbang Maguwo.
  • Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
  • Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan tersebut 
            Perintah itu diterima oleh Kolonel A. H.  Nasution, wakil panglima besar APRIS dan Panglima Tentara dan Teritorium Jawa. Ketika itu, Kolonel A. H. Nasution sedang dalam perjalanan pulang ke Jawa Timur. Setibanya  di Prambanan, ia segera membentuk pemerintahan militer untuk mengisi kekosongan pemerintahan sipil dan menyusun pertahanan rakyat semesta.
     Perang gerilya mulai dikobarkan sejak tanggal 25 desember 1948 di berbagai daerah. Pasukan jendral Sudirman bergerilya di daerah Pantai Selatan Jawa mulai dari Parangtritis berbelok ke timur lewat Wonosari, Pracimatoro, Muryantoro, Wonogiri berbelok ketimur lewat Purwantoro, Ponorogo, Trenggalek, Kendiri, kembali ke barat menuju Sawahan, Sendayu, Ngindeng, Nogosari, Tegalombo, Nujing, Ngambar, dan Sobo. dari sini kemudian kembali Yogyakarta lewat Tirtomoyo, Baturetno, Karangbendo, Karangmojo, Geding, Piyungan, Prambanan dan akhirnya masuk lagi ke Yogyakarta. Tempat-tempat yang pernah dilewati tersebut sekarang terkenal dengan nama Rute Gerilya Panglima Besar Jendral Sudirman. Dengan perang Gerilya yang selalu berpindah-pindah tersebut, Belanda mengalami kesulitan untuk dapat menangkap Panglima Sudirman.
Dalam perang Gerilya, TNI menyerang musuh secara mandadak. Setelah berhasil mengalahkan dan merampas senjatanya mereka menghilang dan bersembuyi lagi. Sering kali TNI juga mencegat konvoi Belanda di jalan-jalan yang strategis di luar kota. Untuk menghambat patroli Belanda banyak jembatan dirusak dan jalam-jalan dihadang dengan merobohkan pohon-pohon besarmu. Meghadapi taktik perang gerilya, tentara Belanda tidak mampu berbuat banyak.
Sementara itu, Belanda telah berhasil menduduki kota Yogyakarta, tetapi mereka gagal membentuk pemerintahan. Hal ini disebabkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak mau diajak bekerja sama oleh Belanda. Selain itu , para pejuang sering menyeang pos-pos Belanda.

C. Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Kota Yogyakarta
Para pejuang Indonesia semakin mepotkan Belanda. Akhirnya, Belanda membagi tentaranya di berbagai pos di luar kota, seperti di Bantul, Ganjuran, Barongan, Gamping, Bantar, Cebongan, Medari, Beran, dan Kaliurang. Maksud Belanda adalah untuk membentuk Benteng Stelsel guna menghadang gerak maju gerilyawan dari luar kota. Keadaan ini menyebabkan kekuatan Belanda di kota menjadi lemah. 
            Kesempatan ini digunakan TNI untuk melakukan serangan terhadap Belanda. Serangan yang dilakukan TNI terhadap Belanda di Yogyakarta dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan umum ini dilakukan serempak dari berbagai jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat terkejut dan tidak mampu menguasai keadaan. TNI berhasil menguasai Kota Yogyakarta mulai pukul 06.00 WIB hingga jam 12.00 WIB.

*Untuk diingat kembali
  Walaupun TNI hanya 6 jam menduduki Kota Yogyakarta, hal ini mempunyai arti yang sangat penting, yakni: 
  • Memulihkan kembali kepercayaan rakyat pada TNI 
  • Meningkatkan semangat juang anggota TNI dan warga masyarakat yang sedang bergerilya.
  • Mematahkan mental tentara Belanda.
  • Membuktikan kepada dunia bahwa propaganda Belanda yang mengatakan bahwa TNI sudah dihancurkan, Kota Yogyakarta sudah dikuasai sepenuhnya oleh Belanda, dan pemerintahan berjalan lancar adalah bohong semata.
  • Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI masih kuat dan mampu memukul mundur musuh-musuhnya.
D.  Menarik Dukungan Internasional dalam Upaya Menghadap Agresi Militer Belanda II 
Akibat Agresi Militer Belanda II timbulah reaksi dari negara-negara Asia. Mereka mengutuk Belandadan mendukung Indonesia. Atas Prakarsa Burma (Myanmar) dan India, terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi, India, pada tanggal 23 Januari 1949. Konferensi itu juga dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika, dan Australia. Konferensi tersebut menghasilkan resulusi mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB. Isi resolusi itu antara lain sebagai berikut:
  • Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
  • Pembentukan pemerintahan sementara yang mempunyai kemerdekaan dalam politik luar negeri sebelum tanggal 15 Maret 1949.
  • Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia.
  • Penyerahan kedaulatan kepada pemerintahan Indonesia Serikat paling lambat pada tanggal 1 januari 1950.
 Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Republik Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan. Menanggapi resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB tersebut. Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang dipimpin oleh Syarifuddin Prawiranegara menyatakan bersedia untuk melaksanakan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
  • Belanda harus menarik pasukannya ke dudukannya semula.
  • Belanda harus menarik semua tentaranya dari wilayah Republik Indonesia.
  • Semua tahanan polintik harus di bebaskan oleh Belanda.
  • Pengakuan de facto atas Sumatera, Jawa, dan Madura.
  • Pembentukan pemerintahan tanpa peralatan Belanda.

*Untuk diingat kembali
  Isi resolusi Dewan Keamanan PBB antara lain sebagai berikut:
  • Penghentian semua operasi militer dengan segera oleh Belanda dan juga penghentian semua aktifitas gerilya oleh republik. Kedua pihak harus bekerja sama untuk mengadakan perdamaian kembali.
  • Pembebasan segera dengan tidak bersyarat semua tahanan politik di daerah republik oleh belanda sejak tanggal 19 Desember 1949.
  • Belanda harus memberikan kesempatan kepada para pembesar pemerintah republik untuk kembali ke Yogyakarta dengan segera agar mereka dapat melaksanakan pasal 1 tersebut di atas dan supaya dapat melakukan kewajiban-kewajibannya dengan bebas. Pada tingkat yang pertama pemerintahan dalam Kota Yogyakarta dan daerah sekelilingnya, sedangkan kekuasaan di daerah-daerah republik menurut batas-batas Perjanjian Renville dikembalikan secara berangsur-angsur kepada republik.
  • Perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepatnya dengan dasar Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, dan berdasarkan pembentukan suatu pemerintah ad interim federal paling lambat pada tanggal 15 Maret 1949.  Pemilihan anggota untuk Dewan pembuatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Serikat selambat-lambatnya pda tanggal 1 Juli 1959.
  • Komisi Jasa Baik (Komisi Tiga Negara) berganti nama menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Indonesia (United Nations Commission for Indonesia/ UNCI).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)

Majelis Islam A' la Indonesia (MIAI)

Pemberontakan PRRI/Permesta